Model Pengelolaan Pulau Kecil dan Terluar menuju Pulau Tangguh Bencana
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di Dunia, dengan jumlah pulau sekitar 17000 pulau, dan terletak di wialyah yang sangat dinamis di antara pertemuan berbagai lempeng utama dunia dan antara dua Samudra. Hal ini menyebabkan wilayah Indonesia sangat rawan atas berbagai bencana diantaranya bencana tektonik, vulkanik, hidro-meteorologi. Salah satu wilayah yang paling terdampak adalah wilayah pulau kecil dan terluar di Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut, Pusat Studi Sumberdaya dan Kelautan pada tanggal 23 Juli menerima kunjungan dan melaksanakan diskusi dengan Direktur Pengurangan Resiko Bencana Badan Penanggulangan Bencana Nasional (PRB-BNPB) Dr Raditya dengan topik model pengelolaan Pulau kecil dan terluar menuju pulau tanggun bencana, dengan studi kasus Kepulauan Sangihe-Talaut (Sulawesi-Utara), Pulau Maratua (Kalimantan Timur) dan Tanimbar (Maluku). Dalam diskusi juga disampaikan ketersediaan informasi resiko bencana di BNPB, yaitu INARISK, yang dapat diakses online dan melingkupi seluruh wilayah Indonesia.
Beberapa kesepakatan dan pemahaman Bersama dihasilkan dari diskusi yang rencana akan ditindaklanjuti dalam bentuk kerjasama antara PUSTEK Kelautan dan BNPB, diantara terkait kajian optimalisasi penggunaan INARISk, Model pengelolaan mitigasi bencana untuk wilayah pulau-pulau kecil strategis dan terluar yang memiliki potensi bencana tinggi.