Pantai Sepanjang, Gunungkidul — Tercatat pada hari Kamis, 18 Juli 2024 pada pukul 09.00 hingga 12.00, Gugus Tugas Garam Universitas Gadjah Mada bersama dengan Petambak Garam Kurga Tirta Bahari mengadakan kolaborasi lain sebagai upaya untuk memaksimalkan pemanfaatan potensi diversifikasi produk garam dalam acara Penyuluhan Teknis Produksi Garam Fortifikasi dan Lulur Garam Mandi.
Kolaborasi ini melibatkan Tim Gugus Garam UGM yang diwakili oleh Ibu Ir. Nur Mayke Eka Normasari, S.T., M.Eng., Ph.D., IPM., ASEAN Eng. serta Mbak Bintang Diniar Kurnia Alam, S.Pi. selaku perwakilan dari Pusat Studi Sumberdaya dan Teknologi (PUSTEK) Kelautan UGM. Kegiatan ini juga dibantu oleh tim mahasiswa KKN-PPM UGM dari Desa Kemiri dan Kemadang, Tanjungsari, Gunungkidul sebagai penyelenggara dan 13 perwakilan petambak garam Tirta Bahari yang turut mendukung jalannya acara sebagai peserta kegiatan workshop.
Kegiatan diawali dengan sambutan dari perwakilan tim Gugus Garam UGM dan ketua Petambak Garam Tirta Bahari dilanjutkan dengan pemaparan materi dari mahasiswa KKN-PPM UGM mengenai garam fortifikasi dan garam lulur mandi. Garam fortifikasi merupakan salah satu upaya penambahan vitamin serta mineral tertentu ke dalam garam sebagai bahan pangan yang digunakan di hampir semua masakan yang sering dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Strategi ini dapat menjadi peluang dalam meningkatkan status mikronutrien pangan guna menyediakan pangan bergizi bagi seluruh lapisan masyarakat.
Di sisi lain, garam lulur mandi adalah produk kosmetika dengan bahan garam sebagai fungsi scrub yang digunakan untuk merawat dan mengangkat sel kulit mati, kotoran, serta membuka pori-pori sehingga pertukaran udara bebas dan kulit menjadi lebih bersih dan cerah. Keunggulan garam lulur mandi ini dibandingkan dengan lulur mandi lain adalah bebas paraben dan SLS/SLES, plant based, cocok digunakan untuk kulit sensitif, serta ramah lingkungan.
Kegiatan selanjutnya yaitu demo dari mahasiswa KKN-PPM untuk memberikan pelatihan pada petambak garam tentang cara pembuatan garam fortifikasi dan lulur garam mandi. Proses pembuatan ini menghasilkan dua varian untuk tiap produk diversifikasi, yaitu garam fortifikasi dengan varian kaldu udang dan kaldu jamur juga lulur garam mandi varian kopi dan matcha.
Diversifikasi produk garam ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi petambak garam lokal. Garam fortifikasi dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, sementara garam lulur mandi menawarkan peluang bisnis baru di industri kecantikan. Dengan demikian, diversifikasi ini tidak hanya meningkatkan potensi produksi garam tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi komunitas petambak.
Kegiatan ini menunjukkan komitmen Tim Gugus Garam UGM dan Koperasi Produsen Garam Tirta Bahari untuk terus berinovasi dalam meningkatkan potensi produksi garam lokal. Diharapkan, dengan adanya diversifikasi produk ini, industri garam di Gunungkidul dan daerah lainnya dapat berkembang lebih pesat dan berkelanjutan serta menjadi langkah awal menuju kemajuan industri garam Indonesia.