Indonesia adalah salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan Panjang pesisirnya mencapai sekitar 80.000 km dan jumlah pulau sekitar 16.671 (BIG, 2019), yang sebagian besar merupakan pulau-pulau kecil. Dengan kondisi wilayah seperti itu, maka pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan bagian yang sangat penting dalam kegiatan pengelolaan dan pembangunan wilayah Indonesia. Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang dimaksiu adalah pengelolaan yang komprehensif mulai dari tata ruang, sumberdaya alam, sumberdaya manusia, budaya, social dan ekonomi/investasi
Indonesia adalah salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan Panjang pesisirnya mencapai sekitar 80.000 km dan jumlah pulau sekitar 16.671 (BIG, 2019), yang sebagian besar merupakan pulau-pulau kecil dengan daya dukung yang sangat terbatas. Dengan kondisi wilayah seperti itu, maka pengelolaan wilayah pulau-pulau kecil merupakan bagian yang sangat penting dalam kegiatan pengelolaan dan pembangunan wilayah Indonesia. Pengelolaan wilayah pulau-pulau kecil yang dimaksud adalah pengelolaan yang komprehensif mulai dari tata ruang, sumberdaya alam, sumberdaya manusia, budaya, sosial dan ekonomi/investasi.
Kawasan Laut China Selatan meliputi wilayah laut setengah tertutup (semi-enclosed sea) yang dikelilingi oleh republic rakyat Tiongkok (rrt), Vietnam, Malaysia, Indonesia, Brunei, Filipina, dan Taiwan. Laut China Selatan adalah kawasan perairan yang strategis, yang kaya sumber daya alam (SDA). Kawasan ini memiliki sejarah navigasi dan perniagaan yang panjang, diikuti penguasaan silih berganti atas wilayah oleh negara-negara di kawasan seperti Republik Rakyat China (RRC), Taiwan, Vietnam, Filipina, dan Brunei Darussalam. Saat ini beberapa negara, terlibat dalam upaya konfrontatif saling klaim, atas sebagian ataupun seluruh wilayah perairan tersebut. Indonesia, yang bukan negara pengklaim, menjadi terlibat setelah klaim mutlak RRC atas perairan Laut China Selatan muncul pada tahun 2012
Indonesia adalah salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan Panjang pesisirnya mencapai sekitar 80.000 km dan jumlah pulau sekitar 16.671 (BIG, 2019), yang sebagian besar merupakan pulau-pulau kecil. Dengan kondisi wilayah seperti itu, maka pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan bagian yang sangat penting dalam kegiatan pengelolaan dan pembangunan wilayah Indonesia. Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang dimaksiu adalah pengelolaan yang komprehensif mulai dari tata ruang, sumberdaya alam, sumberdaya manusia, budaya, social dan ekonomi/investasi
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar didunia, yang memiliki panjang pantai sekitar 80.000 km dan 70% dari wilayahnya merupakan laut. Oleh karena itu untuk mengoptimalkan potensi sumberdaya alam pantai dan laut tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup masyarakat dari berbagai sisi, baik sumber kebutuhan pokok, transportasi, energi maupun pengelolan lingkungan, perlu dikembangkan berbagai ragam inftrastruktur pantai dan laut yang mendukung dan lestari. Diskusi tentang infrastrutur pantai dan laut akan dilaksanakan melalui webinar dalam Bincang Kelautan#4, mulai dari aspek kebijakan, konsep dan implementasinya di Indonesia. Webinar kan diselenggarankan pada hari jumat tanggal 3 Juli 2020 bersama dengan
Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki batas maritim dengan 10 negara tetangga. Sampai saat ini telah ditetapkan batas maritim dengan delapan negara tetangga dan masih banyak PR yang harus diselesaikan. Tertundanya penyelesaian batas maritim ini menimbulkan berbagai persoalan.
Aturan, konsep dan berbagai permasalahan penetapan batas maritim terkini akan dikupas tuntas oleh narasumber yang sangat kompeten pada bidang batas maritim yaitu H. E. Arif Havas Oegroseno, Duta besar Indonesia untuk Republik Federasi Jerman. Webinar akan di awali dengan sambutan Rektor UGM Prof. Ir Panut Mulyono, M.Eng., D. Eng dan akan dipandu oleh moderator yang juga sangat kompeten dalam bidang batas wilayah maritim yaitu I Made Andi Arsana, Ph.D, peneliti Pustek Kelautan dan dosen Teknik Geodesi UGM.
Sumberdaya alam laut di Indonesia yang luar biasa baik dari kuantitas, variasi dan kualitasnya, merupakan salah satu sumber bahan suplemen kekebalan tubuh yang sangat penting. DAlam Bincang Kelautan ke-2 ini akan dibahas tuntas oleh dua (2) narasumber yang sangat kompeten di bidang bahan suplemen dari SDA laut yaitu Dr Alim Insnantyo, peneliti Pustek Kelautan dan dosen departemen perikanan UGM, dengan judul paparan “Fucoidan sebagai anti-viral dan immunostimulant. Selanjutnya materi kedua berjudul “Pentingnya gizi ikan laut untuk peningkatan kekebalan tubuh” akan disampaikan oleh Dr Toto Sudargo, yang merupakan dosen Departemen Gizi Kesehatan, FKKMK-UGM. Materi diskusi dapat diunduh oleh para peserta melalui link http://tiny.cc/Materi_BK2
Pidato pelantikan Presiden Jokowi untuk periode jabatan ke-dua pada 20 Oktober 2014
“Kita harus bekerja sekeras-kerasnya untuk mengembalikan Indonesia sebagai Negara Maritim. Samudera, laut, selat dan teluk adalah masa depan peradaban kita. Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudera dan memunggungi selat dan teluk. Ini saatnya kita mengembalikan samudera hingga Jalesveva Jayamahe, di laut justru kita jaya, sebagai semboyan nenek moyang kita di masa lalu bisa kembali lagi membahana. Selain itu Gubernur DIY juga sudah mnetapkan Among Tani, Dagang Layar sebagai konsep strategi memajukan perekonomian Yogyakarta (2013).
Tim dari UGM melaksanakan pengukuran geodinamika dengan teknologi GNSS di Kepulauan Sangihe. Tim tersebut terdiri dari alumni dan dosen sebagai tim ahli, serta mahasiswa KKN PPM UGM sebagai operator alat. Pengukuran tahun 2019 ini merupakan pengukuran tahun ke-6. Pengukuran dilaksanakan pada tiga lokasi, yaitu Mohong Sawang, Kolongan Mitung, dan Manganitu Selatan (Pulau Bebalang).
Pengukuran ini dilakukan untuk keperluan analisis survei deformasi dan geodinamika melalui pergerakan titik-titik di Kepulauan Sangihe. Survei deformasi dan geodinamika bermanfaat untuk mengawali kegiatan mitigasi bencana dengan prediksi pergerakan melalui pola pergerakan yang telah dianalisis.
Biduk Biduk merupakan sebuah kecamatan pesisir di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Untuk mencapai ke sana dapat ditempuh dengan perjalanan darat selama kurang lebih 6 jam dari ibukota Kabupaten Berau, Tanjung Redeb. Lokasi ini menjadi destinasi wisata bahari yang layak untuk dikunjungi. Tidak hanya Labuan Cermin yang terkenal, namun Biduk-biduk memiliki banyak ikon wisata lain, diantaranya:
- Pantai Batu Dua
- Pantai Gusung Dampelang
- Sei Serai
- Labuan Cermin
- Sungai Asam
- Kawasan Sigending
- Danau Sigending
- Goa Sigending
- Pulau Kaniungan Besar
- Pulau Kaniungan Kecil
- Air Terjun Bidadari 4 tingkat, dll.
- Goa Mahligai
- Pantai Bual-bual
- Pantai Batu Berdiri
- Dermaga Teluk Sulaiman
- Gedung Cinderamata Giring Giring
- dan masih banyak lagi yang bisa dinikmati.
Mengunjungi Biduk Biduk tidak boleh sembarangan. Kita harus bisa menjadi wisatawan yang bertanggung jawab dan menjaga keberlanjutan ekosistem di sana. Bisa dikatakan Biduk Biduk adalah Kalimantan rasa Sulawesi. Karena dominasi penduduknya yang berasal dari suku Bugis, Mandar, dan Bajau. Dengan kondisi masyarakatnya yang notabene suku laut ini, wisatawan juga dapat belajar dan merasakan keanekaragaman di luar kondisi fisik di sana, baik kuliner maupun kebudayaannya. Be nice travellers! 🙂